Selasa, 13 Agustus 2019

Sejarah Zebra Cross di Dunia & di Indonesia



Hasil gambar untuk zebra cross

Para pengguna jalan raya hampir pasti tahu fungsi zebra cross ini. Garis belang-belang mirip warna kulit zebra (hitam-putih) yang biasanya di temukan di perempatan atau pertigaan jalan ini berfungsi sebagai tempat penyeberangan jalan. Namun sedikit yang tahu dari mana sejarah dan asal usul zebra cross.

Zebra cross pertama kali diperkenalkan di Slough, Berkshire, Inggris, pada 31 Oktober 1951. Jalur belang-belang ini dibuat untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dengan korban pejalan kaki pada waktu itu. Sejarah mencatat, sebelum zebra cross diperkenalkan, kecelakaan lalu lintas di Provinsi Berkshire tinggi sekali, sehingga dibutuhkan terobosan untuk menguranginya.

Adalah Jim Callagan, Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh, yang kemudian terpilih menjadi perdana menteri Inggris mendatangi Laboratorium Penelitian Transportasi Inggris untuk membicarakan rambu penyeberangan. Setelah itu pada 1949, laboratorium melakukan percobaan dengan membuat berbagai rambu penyeberang jalan, misalnya garis kuning-hitam dan putih-hitam, lantas diujicoba di beberapa lokasi.

Hasil penelitian menyimpulkan, di antara sekian rambu yang paling efektif mengurangi angka kecelakaan pejalan kaki ternyata rambu garis putih-hitam.

Lalu dari mana istilah zebra cross ini muncul? Konon saat percobaan, kementerian Inggris menamakan masing-masing percobaan rambu tadi dengan nama-nama binatang. Nah, karena yang dipilih itu rambu hitam-putih (mirip zebra), maka dinamakan zebra cross. Rambu ini pertama kali diperkenalkan pada 1951 dan dibuat di Perempatan Jalan Slough.

Zebra cross ternyata efektif mengurangi angka kecelakaan. Dianggap efektif mengurangi angka kecelakaan, akhirnya beberapa negara lain pun ikut membuatnya.

Rambu-rambu ini konon semakin populer ketika muncul di cover album band legendaris asal Inggris, "The Beatles: Abbey Road". Album ini dirilis pada 1969. Dalam cover itu, keempat personel The Beatles sedang menyeberang zebra cross di Road Abbey.

Dalam aturan lalu lintas, zebra cross didefinisikan sebagai tempat penyeberangan di jalan diperuntukkan bagi pejalan kaki yang akan menyeberang jalan. Marka putih-hitam ini berbentuk garis dengan tebal garisnya 300 mili meter. Menjelang zebra cross masih ditambah lagi dengan larangan parkir agar pejalan kaki yang akan menyeberang dapat terlihat oleh pengemudi kendaraan di jalan. Pejalan kaki yang berjalan di atas zebra cross mendapatkan prioritas terlebih dahulu.

Sekarang hampir semua negara memakai rambu zebra cross ini, salah satunya di Indonesia. Berikut bagaimana sejarah zebra cross di Indonesia.

Sejarah zebra cross di Indonesia dimulai dengan adanya pelican cross dan tak ada laginya beberapa Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sudut-sudut kota besar.

JPO ini kemudian diganti dengan pelican cross, yakni sejenis zebra cross dengan tombol dan lampu pengatur lalu lintas. Pada pelican cross terdapat empat petugas dinas perhubungan yang berjaga unuk mengatur penyeberangan orang.

Pelican Crossing menandakan cara orang menyeberang di Jakarta telah masuk era baru. Orang menyeberang semakin perlu panduan petugas dan alat. Pada awal abad ke-20, orang bisa menyeberang dengan mudah tanpa panduan.

Jalanan masih lengang. Tak ada marka jalan dan zebra cross. Kendaraan paling banyak hilir-mudik di jalan adalah sado dan sepeda. Mobil tampak satu-dua saja. Trem melintas sesekali.

Kendaraan bermotor kemudian baru mulai mencapai penambahan pada dekade 1930-an. Pada waktu itu belum ada lampu isyarat petunjuk lalu-lintas di Batavia. Namun di Kota Malang, lampu pengatur lalu lintas lebih dulu ada.

Batavia, atau yang kini kita kenal dengan Kota Jakarta, hanya mengenal alat petunjuk lalu-lintas berupa tiang putar bertuliskan vrij (bebas atau isyarat berjalan bagi kendaraan) dan stop (berhenti).

Polisi lalu-lintas memutarnya secara manual. Jika terbaca tanda stop, kendaraan harus berhenti untuk memberi pejalan kaki atau pengendara dari arah lain kesempatan menyeberang.

Memasuki era awal kemerdekaan, pertambahan kendaraan kian signifikan. Lalu lintas tambah ramai dan menyulitkan pejalan kaki untuk menyeberang.

Kepadatan di jalan melahirkan cara baru pengaturan lalu-lintas. Pemerintah Kotapraja Jakarta kemudian menaruh alat petunjuk lalu-lintas di persimpangan ramai untuk kelancaran kendaraan dan menghindari kecelakaan.


Pemerintah juga memperkenalkan zebra cross, yakni tanda hitam-putih yang melintang di jalan bagi becak, sepeda dan orang jalan. Pamor zebra cross sebagai rambu untuk memandu orang menyeberang meluas pada 1960-an. Saat itu Jakarta bersiap menjadi tuan rumah Asian Games pada 1962.

Pemerintah melebarkan jalan utama seperti Jalan Sudirman dan Thamrin. Bersama itu pula pengecatan zebra cross berlangsung di persimpangan-persimpangan ramai sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin.

Share: